Perjalanan saya ke Lombok dimulai dengan penerbangan pagi dari Denpasar. Sesampainya di Lombok, saya langsung menuju Desa Lingsar yang terletak sekitar 1,5 jam perjalanan dari Bandara Internasional Lombok (LOP). Sepanjang perjalanan, saya disuguhi pemandangan alam Lombok yang luar biasa – sawah hijau terbentang luas, diselingi gunung-gunung yang menjulang gagah. Udara sejuk khas pedesaan langsung menyambut saya begitu sampai di Desa Lingsar. Suasana yang tenang dan damai, jauh dari hiruk-pikuk kota, langsung menenangkan hati.
Pura Lingsar sendiri terletak di tengah-tengah desa, dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk. Arsitektur pura ini begitu unik; perpaduan gaya arsitektur Bali dan Sasak begitu terasa. Gapura-gapura megah dengan ukiran-ukiran rumit menyambut saya memasuki kompleks pura. Saya langsung terpukau oleh keindahannya. Warna-warna cerah dari bangunan pura berpadu harmonis dengan hijaunya pepohonan di sekitarnya.

Yang membuat Pura Lingsar begitu istimewa adalah keberadaan sebuah masjid di dalam kompleks pura itu sendiri. Masjid kecil ini terletak tak jauh dari bangunan utama pura. Keberadaan masjid ini bukan sekadar toleransi biasa, melainkan bukti nyata sejarah panjang kerukunan antara umat Hindu dan Islam di Desa Lingsar. Konon, masjid dan pura ini telah berdiri berdampingan selama berabad-abad, menjadi simbol harmoni yang langka dan patut diacungi jempol.
Saya berkesempatan berbincang dengan beberapa warga setempat. Mereka dengan ramah menjelaskan sejarah Pura Lingsar dan masjid yang berada di kompleksnya. Mereka menceritakan bagaimana leluhur mereka hidup berdampingan dengan rukun, saling menghormati keyakinan dan kepercayaan masing-masing. Cerita-cerita mereka begitu inspiratif, menunjukkan bagaimana perbedaan agama bukanlah penghalang untuk hidup berdampingan secara damai dan harmonis. Mereka bahkan berbagi cerita tentang ritual-ritual keagamaan yang dilakukan bersama, seperti upacara keagamaan yang melibatkan umat Hindu dan Islam secara bersamaan. Bayangkan, sebuah tempat ibadah bagi dua agama yang berbeda, namun berada dalam satu kompleks dan dihormati oleh kedua umat. Ini sungguh luar biasa!
Saya menghabiskan waktu berjam-jam di Pura Lingsar, menikmati suasana tenang dan damai yang menyelimuti tempat ini. Saya mengamati para pemeluk Hindu yang khusyuk berdoa di pura, dan juga melihat beberapa warga muslim yang datang untuk berziarah atau sekedar menikmati suasana sekitar. Tidak ada rasa canggung atau tegang di antara mereka. Semua berjalan begitu natural dan harmonis. Saya bahkan melihat beberapa anak-anak bermain bersama tanpa memandang perbedaan agama mereka. Momen-momen seperti inilah yang membuat kunjungan saya ke Desa Lingsar begitu bermakna.
Selain Pura Lingsar, Desa Lingsar juga menawarkan keindahan alam lainnya. Saya menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di sekitar desa, menikmati keindahan sawah yang hijau dan udara segar pedesaan. Saya juga bertemu dengan para petani yang sedang bekerja di sawah. Mereka ramah menyambut saya dan berbagi cerita tentang kehidupan mereka di Desa Lingsar. Keramahan penduduk Desa Lingsar menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi saya. Mereka begitu welcoming dan terbuka kepada para pengunjung.
Pengalaman di Desa Lingsar benar-benar mengubah perspektif saya tentang keragaman dan toleransi. Saya menyaksikan sendiri bagaimana perbedaan agama bukan menjadi penghalang untuk hidup berdampingan secara damai dan harmonis. Desa Lingsar menjadi bukti nyata bahwa kerukunan antarumat beragama bisa terwujud jika kita saling menghormati dan menghargai perbedaan. Ini adalah pelajaran berharga yang saya dapatkan selama perjalanan solo saya ke Lombok.
Selama di Desa Lingsar, saya juga sempat memperhatikan beberapa detail menarik, seperti bagaimana sistem pengelolaan Pura Lingsar yang melibatkan perwakilan dari umat Hindu dan Islam. Ini menunjukkan bagaimana manajemen tempat suci ini dilakukan secara kolaboratif dan demokratis. Hal-hal kecil seperti inilah yang menunjukkan betapa kuatnya ikatan toleransi di Desa Lingsar.
Keindahan Pura Lingsar dan harmoni toleransi di Desa Lingsar bukan hanya sekedar cerita, melainkan sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Saya berharap lebih banyak orang bisa mengunjungi Desa Lingsar dan merasakan sendiri keajaiban harmoni toleransi yang ada di tempat ini.
Pertanyaan yang sering muncul di mesin pencari dan jawabannya:
-
Apa yang unik dari Pura Lingsar? Keunikan Pura Lingsar terletak pada keberadaan masjid di dalam kompleks pura tersebut. Hal ini menjadi simbol nyata harmoni dan toleransi antarumat beragama (Hindu dan Islam) yang telah berlangsung selama berabad-abad. Arsitekturnya pun unik, memadukan gaya Bali dan Sasak.
-
Bagaimana cara menuju Pura Lingsar? Pura Lingsar terletak sekitar 1,5 jam perjalanan dari Bandara Internasional Lombok (LOP). Anda bisa menggunakan taksi, sewa mobil, atau transportasi umum seperti bus. Sebaiknya Anda menggunakan jasa transportasi yang terpercaya dan memastikan rute perjalanan Anda.
-
Apakah aman mengunjungi Pura Lingsar sebagai solo traveler? Secara umum, Desa Lingsar aman untuk dikunjungi, termasuk bagi solo traveler. Penduduknya ramah dan welcoming. Namun, seperti di tempat wisata lainnya, tetap waspada terhadap barang bawaan Anda dan patuhi aturan yang berlaku di tempat suci.
-
Kapan waktu terbaik untuk mengunjungi Pura Lingsar? Waktu terbaik untuk mengunjungi Pura Lingsar adalah saat musim kemarau (April-Oktober), dimana cuaca lebih cerah dan nyaman untuk berwisata. Namun, Anda tetap harus memperhatikan kondisi cuaca sebelum berangkat.
Apa saja yang bisa dilakukan di Desa Lingsar selain mengunjungi Pura Lingsar? Anda bisa berjalan-jalan di sekitar desa, menikmati keindahan sawah, berinteraksi dengan penduduk setempat, dan merasakan suasana pedesaan yang tenang dan damai.
Semoga cerita perjalanan saya ini menginspirasi Anda untuk mengunjungi Desa Lingsar dan merasakan sendiri keindahan dan harmoni toleransi yang luar biasa di tempat ini. Apakah Anda tertarik untuk menjelajahi lebih banyak tempat wisata yang unik dan sarat akan nilai budaya?